PONOROGO–Yayasan Maziyyah Indonesia (YMI) menggelar acara diskusi via Zoom Meeting berupa Ormaz (Obrolan Maziero) menghadirkan M. Williams Rahaditama, seorang pakar di bidang kewirausahaan, Rabu (22/1) malam. Williams mengangkat tema “Kita di 2045: Generasi Emas atau Generasi Cemas?”.
Williams mengungkapkan bahwa pada tahun 2045, Indonesia akan mencapai usia 100 tahun sejak kemerdekaannya pada tahun 1945. Saat itulah, negeri ini diharapkan sudah menjadi negara maju. Namun, cita-cita Indonesia Emas 2045 ini sulit tercapai tanpa peran generasi milenial.
Dengan kematangan usianya, generasi milenial bisa dikatakan akan menjadi pilar penting Indonesia Emas 2045. Sehingga, generasi inilah yang harus memastikan keberhasilan Indonesia menjadi negara maju pada 20 tahun mendatang.
Kemudian Williams mengajak para peserta untuk refleksi bersama. Sebagai warga negara yang telah menamatkan pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor pada tahun 2007 silam, Williams bertanya kepada seluruh teman seangkatannya yang menjadi peserta diskusi apa kontribusi mereka sebagai alumni pada tahun 2045 nanti untuk Indonesia.
Menurutnya, kemungkinan jawabannya hanya ada dua, menjadi generasi emas atau menjadi generasi cemas. Kedua opsi ini harus dicermati dari sekarang. Jika ingin menjadi generasi emas, maka alumni 2007 harus produktif, berprestasi, dan bahagia. Sebaliknya, generasi cemas akan hidup stagnan, tidak siap menghadapi masa depan, dan akan mengalami frustasi berkepanjangan.
Lalu ia menjabarkan tantangan-tantangan yang harus dihadapi menuju Indonesia Emas 2045. Generasi ini sedang berhadapan dengan transformasi teknologi. Artificial Intelligence (AI) berkembang menjadi tren baru di dunia teknologi. Kita menghadapi segala hal yang bekerja secara otomatis atau otomatisasi. Sehingga, mau tidak mau, generasi ini membutuhkan keterampilan baru untuk mengakomodasi hal tersebut.
Generasi ini juga menghadapi dinamika ekonomi global. Semua berkompetisi tanpa batasan wilayah di segala bidang, terutama di bidang ekonomi. Hal ini berakibat pada ketidakpastian pasar yang jelas berakibat pada ketidakpastian ekonomi setiap individu.
Peningkatan harapan hidup juga menjadi tantangan tersendiri. Apalagi, hal ini dialami saat memasuki masa-masa pensiun. Di usia yang sudah tidak produktif lagi, kondisi finansial seharusnya terjamin aman agar bisa menikmati hidup dengan tenang dan nyaman.
Williams juga berbicara tentang perubahan sosial yang bisa menimpa siapa saja karena tidak bisa menjaga work-life balance (keseimbangan kerja dan kehidupan). Hal ini ditambah dengan meningkatnya tekanan hidup yang dihadapi. Banyak tuntutan yang harus dipenuhi, sementara kemampuan yang dimiliki terbatas sekali.
Secara khusus, Williams menambahkan tantangan bagi alumni Gontor. Pertama, alumni Gontor diharapkan tetap menjadi rahmatan li al-‘ālamīn di tengah-tengah dunia yang penuh dinamika ini. Kedua, alumni diharapkan menjaga nilai-nilai Gontor di era yang serba instan ini. Kedua tantangan ini tidaklah mudah untuk dihadapi mengingat kehidupan modern saat ini yang berjalan tanpa nilai dan materialistis.
Untuk menghadapi semua tantangan itu, generasi ini harus berdaya maksimal menjadi sumber daya manusia yang produktif dan memiliki performa tinggi. Caranya dengan meningkatkan kompetensi fikriyyah dan amaliah, melakukan manajemen produktivitas, dan memiliki mindset high achiever (bercita-cita tinggi).
Selanjutnya, Williams memaparkan langkah-langkah konkret yang perlu dilakukan untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan sebagai jalan menuju generasi emas. Ia membaginya menjadi tiga bagian pencapaian: gaya hidup sehat, kebahagiaan emosional, dan kesejahteraan finansial.
Gaya hidup sehat perlu diperhatikan dengan baik. Di tengah-tengah gempuran interaksi intens dengan gawai yang membuat orang-orang hidup secara pasif, generasi ini harus berubah dan memulai pola hidup aktif dan rajin berolahraga. Kesehatan spiritual juga harus diperhatikan dengan disiplin menjalankan ibadah.
Dari segi kebahagiaan emosional, kita perlu menjaga keharmonisan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (work-life harmony). Selain itu, terapi renjana (passion therapy) juga diperlukan untuk menunjang kebahagiaan emosional. Hubungan berkualitas juga harus dijalin agar emosi stabil.
Untuk kesejahteraan finansial, perlu ada perencanaan keuangan dan mengusahakan tambahan pemasukan dari berbagai jalur. Selain itu, kesejahteraan finansial juga bisa diusahakan dengan membangun ekosistem ekonomi alumni.
“Tidak hanya itu, sebagai alumni Gontor, kita harus berkontribusi maksimal setidaknya dengan tiga cara, yaitu tidak berhenti belajar (lifelong learning), membangun keunggulan kolektif, dan menjadi agen perubahan di lingkungan masing-masing,” tutup Williams mengakhiri pemaparannya. shah wa